Ikatan Aritonang(Ompusunggu) se-Indonesia

Asal muasal kampung Rajagukguk dan semua marga Aritonang adalah di Muara, yang terletak di tepi Danau Toba, sekarang termasuk wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Hingga saat ini sebagian besar dari penduduk di sana adalah bermarga Aritonang. Walaupun pada masa-masa kemudian terjadi banyak penyebaran marga Aritonang ke berbagai daerah lainnya karena perantauan yang menjadikan mereka sebagai marga penumpang, hidup berketurunan dan berkembang di daerah lain hingga saat ini. Muara sebagai Bonapasogit (kampung asal muasal) marga Aritonang pada masa lalu merupakan daerah yang cukup terpencil di tepian Danau Toba aeah ke Selatan, dan juga relative jauh dari kampung-kampung lainnya. Diperkirakan pada masa lalu interaksi sosial dan ekonomi dengan daerah lain agak susah dilakukan dalam waktu yang singkat seperti saat ini. Hal ini pulalah yang diduga menyebabkan banyak terjadinya perkawinan diantara keturunan Marga Aritonang (antara Ompusunggu dengan Rajagukguk atau dengan Simaremare dan begitu pula sebaliknya.) Catatan : Hingga saat ini masih tetap diberlakukan larangan secara adat menikah sesama Anak Marga Percabangan Aritonang. Misalnya sesama Ompusunggu, sesama Rajagukguk dan sesama Simaremare. Perkawinan antara ketiga cabang marga Aritonang ini sudah menjadi suatu fenomena cukup lazim di dalam keluarga marga Aritonang di Muara. Hal ini cukup logis pada masa lalu karena kurangnya pergaulan ke luar kampung dan jauhnya jarak tempuh ke kampung lainnya pada masa itu yang memakan waktu cukup lama. Keterbatasan ini menyebabkan mereka yang tidak merantau keluar kampung pada masanya, akhirnya ada yang menikahi sesama marga Aritonang (beda cabang). Itulah sebabnya saat ini cukup banyak keturunan Marga Aritonang yang kerap lebih suka menggunakan marga cabangan saja (Ompusunggu, Rajagukguk, atau Simaremare). Karena orang tua mereka atau salah satu leluhurnya dahulu menikah dengan sesama Aritonang. Sehingga keturunannya akan menggunakan marga cabang Aritonang dari pihak Bapaknya. Fenomena perkawinan antara anak marga dalam 1 marga induk ini tidak hanya terjadi pada marga Aritonang saja. Akan tetapi sudah menjadi fenomena yang cukup lazim juga diantara marga2 keturunan Lottung lainnya. Yang terlihat secara umum adalah aturan adat marsibuaton ketat seperti pada Kelompok Parna yang mengharamkan perkawinan antara marga dalam kelompok Parna, tidak begitu kuat dalam tubuh anak-anak marga keturunan Raja Lottung. sekitar 6 bulan yang lalu
»»  READMORE...
Read More..

Cerita si Boru Batakk :D

“Hei, Batak….” Aku sering mendengar panggilan seperti itu dari orang-orang non Batak yang berteman dengan seseorang yang berasal dari suku Batak.., Kalau aku pribadi tidak akan sakit hati karena bagiku itu hal yang biasa.. Dan merupakan panggilan yang bermakna ingin mengakrabkan diri. Kembali ke masa-masa sekolah dan kuliah dulu, ada beberapa hal yang cukup menggelikan, menyebalkan dan membuat sedih tentang “Batak” yang mengalir dalam diriku.. Sewaktu SMP aku pernah hampir ribut dengan seorang kernet mobil angkutan anak sekolah yang biasa disebut mopen.. Pagi itu, seperti biasa aku naik dari pintu belakang dan duduk paling pinggir..Alasannya, supaya bisa sambil merasakan “hembusan lembut” angin di wajahku.. Namun pagi itu keasyikanku terganggu oleh celoteh kernet yang tidak mau diam.. Akhirnya karena kesal aku pelototi aja.. Bukannya diam, si Kernet bertanya samaku “Boru Jawa atau Padang, dek ??” Lalu aku pun menjawab “Tidak kedua-duanya..Tapi asli boru Batak” Kernet : “Ahh, ga usah bohonglah dek.. dari wajahmu aja udah kelihatan kali pun kau ni orang Padang.. Tenanglah, ga kuganggu pun kau..biasa itu, orang ngaku Batak supaya ga diganggu..” Aku udah mulai kesal melihat tingkahnya yang sok tahu dan mulai mengolik-olok aku. Dengan terpaksa kukeluarkan jurus Borjun, “Ai aha do nimmu ito ?? Ahu boru Simanjuntak Sitombuk Tuan Guntar No. 16 sian Lintong Ni Huta Tampahan, omakku Boru Hutabarat Partali No. 17 sian Aek Situmandi Hutabarat Tarutung.. Molo so porsea dope ito, beta hita martarombo..” Si kernet hanya bisa bengong dan kalau bisa jujur wajahnya saat itu adalah wajah “tarhatongtong” paling memprihatinkan yang pernah kulihat..heheheheh…. Setelah aku kuliah, seperti kebiasaan Halak Hita, aku pun merantau ke pulau jawa ini. Tepatnya di Bogor. Tetapi di justru di pulau Jawa ini bahasa Batakku makin terlatih. Hal ini dikarenakan adanya kerinduan dengan teman sesama perantau dari Tano Batak, sehingga kalau jumpa lebih senang pakai bahasa daerah.. Tapi kenyataan yang ada, banyak Halak Hita malu dengan bahasa Batak dan bahkan kalo ketahuan punya marga.. Sampai suatu ketika ada seorang kawan menarikku ke toilet hanya untuk bilang, “Far, please dong.. kita udah di Bogor. Jadi jangan kencang-kencang bahasa bataknya, kalo bisa ga usah dipakai karena ga banyak yang tahu gw orang Batak. Ga perlu deh lu tanya gw boru apa.. Malu dong.. Lagian lu mau, ga diterima anak-anak dan dijadikan bahan ledekan ?“ Kalau ga ingat pesan mamaku untuk tidak jadi “jagoan pidato dadakan” udah ku kasih pelajaraan kilat dia tentang Kebanggaanku jadi seorang boru Batak.. Dengan kesal aku pun menjawaab “Maaf ya, walaupun saya ga diterima di pergaulan karena orang tahu saya orang Batak, saya ga peduli. Dan lagi yang kencang itu orang lari, kalau suara kata guru bahasa Indonesia Keras..Satu hal lagi, mereka bukan anak-anak apalagi anakku tetapi sekelompok orang yang seharusnya sudah dewasa..” kawanku itu hanya bisa terdiam mendengar jawabanku yang menurutnya rada aneh… tapi aku ga peduli.. Seiring berjalannya waktu aku pun mulai bergaul dengan banyak orang dan pernah bekerja 2 tahun lebih di Kuala Lumpur. Sewaktu di KL aku mulai berkenalaan dengan beberapa teman baru dan bertemu dengan kawan lama dari Batak News… (Terima kasih banyak buat bang Jarar Siahaan yang sudah membuat blog itu meski udah tutup..). Uniknya, hampir seluruh kawan di blog ini (istilah yang sering kami pakai Lapo dan markombur) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, punya pekerjaan bagus, tinggal di kota besar dan mancanegara tapi tetap ingat jati dirinya dan bangga sebagai orang Batak. Semakin banyak yang kupelajari dari pertemanan di blog ini..Dan yang pasti selalu ada saja kombur dalam bahasa Batak.. Setelah pulang ke Indonesia dan kembali ke tanah kelahiranku Balige, aku malah jadi fasih berbahasa Batak di rumah maupun dalam pergaulan sehari-hari dan makin kerajinan martarombo dengan orang yang baru kukenal. Entah mengapa ada daya tarik dan keasyikan tersendiri yang kurasakan saat martarombo. Makin bisa kupahami keunikan sistem kekeluargaan/silsilah orang Batak yang bisa membuat “pangkat” seseorang di atas atau di bawah.. Tetapi seiring dengan itu, mulai lagi ada bisikan-bisikan yang membuatku gerah. Misalnya seperti seorang kawan yang kuliah dan bekerja di Medan, “Heran banget deh lihat Farida, jauh-jauh kuliah di Bogor dan kerja sampai ke Luar Negeri tapi gaya tetap sederhana kayak dulu, bahasa Bataknya makin kental.. apa lu ga malu Far ? Jangan percuma dong you udah merantau.” Kawan ini mengatakan hal itu dengan gaya bahasa meniru orang-orang di ibu kota. Aku balik tanya, “mengapa saya harus malu ? apa salah kalau saya mencintai budaya sendiri ? Dan kalau udah dari Jawa dan luar negeri apakan saya harus berpenampilan sexy kayak orang di kota dan luar, yang ada mamaku yang siap memberiku “kuliah gratisan” 7 hari 7 malam. Mau bilang “You, Lu, Gw,sih deh dong” bisa bingung orang tua dan dianggap kurang sopan. Lalu yang paling terakhir, ketika ada seseorang melalui inbox facebook bertanya “Ito, kenapa blognya pakai nama Sitombuk 16 ? artinya apa ? Saya : “Sitombuk 16 adalah silsilah atau no “urut” saya dalam silsilah Simanjuntak.” Orang tersebut bertanya lagi : “Isshh, batak kali pun ito ini.. Ga sesuai dengan tampang ito yang kayak boru sileban.. Bikin nama blog yang keren dong ito, supaya ga ketahuan dari kampung dan mencerminkan seorang cewek modern.” Bah… ada-ada aja orang ini.. Melihat kenyataan ini aku merasa sedih karena tanpa kusadari banyak orang di sekitarku yaang merasa “terganggu” dengan rasa banggaku sebagai Boru Batak.. Menjadi orang Batak bukanlah suatu kesalahan tetapi sebuah kekayaan yang kita harus syukuri sebagai perbedaan yang mempersatukan bangsa Indonesia. Aku malah jadi salut dengan sahabat-sahabatku sewaktu kuliah yang nota bene bukan orang Batak, sampai sekarang mereka masih setia memanggilku dengan sebutan “Namboru”. Sebutan untuk saudara perempuan bapak di orang Batak yang mereka dengar sewaktu kami belajar Ilmu hukum adat di fakultas Hukum. Aku khawatir mereka malah lupa nama asliku…hahahahahaha… Aku ga akan pernah mau mundur dari rasa bangga dan penghormatanku terhadap suku bangsaku sendiri.. orang luar negeri aja banyak yaang tertarik belajar tentang Habatahon. Dan aku akan selalu bangga mengatakaan, “Yup.. aku boru Batak dan bangga dengan jati diriku. Mari kita martarombo.”
»»  READMORE...
Read More..

Rumahku…di Hatiku…

Sahabat…Apa arti sebuah rumah tinggal ?… Sebuah rumah adalah satu hal yang terindah yang Tuhan miliki untuk dititipkan kepada kita, rumah adalah tempat tinggal untuk sebagian hidup kita, tempat kita melalukan aktifitas manusiawi, berbagi kasih sayang, menangis, tertawa, istirahat…dan ibadah tentunya. Rumah adalah hati kita…Home is where the heart is. Beberapa waktu lalu, sahabat kami menawarkan rumahnya pada kami untuk dibeli atau dijualkan. Lokasinya ada di kota Mataram, sangat strategis karena dekat dengan kampus tempat keluarga sahabat kami bekerja…wah saya tahu dan ingat betul kondisi rumah sahabat kami itu…sangat cantik dan bagus. Saya percaya itu karena saya mengenal dan karib dengan pemilik rumah itu…istrinya sangat rajin dan pandai dalam merawat semua eksterior dan interior rumah tinggalnya, halamannya sangat cantik penuh dengan hiasan aneka tanaman dan bunga…pokoknya saya ingat betul saya paling betah kalau bertamu kerumah sahabat saya ini. Sahabat saya ini berencana akan pindah tugas dan tempat tinggalnya….dan yang ingin saya ceritakan adalah curhatan istrinya pada saya, betapa dia sedih…sampai menangis (yang saya dengar lewat telp ), sedih karena berat melepaskan rumah ‘surganya’. Seolah-olah dia merasa telah kehilangan sebagian dari sisi hidupnya, bagaimana tidak rumah yang sangat ia sayangi dan sudah solah-olah “nyawanya”, harus dia tinggalkan…dan saya sangat bisa merasakan perasaannya itu. Saya jadi teringat perjalanan hidup saya…dalam sepuluh tahun terakhir ini, saya sudah berpindah mungkin empat kali tempat tinggal… dan itu memang harus kami lakukan, karena tugas suami yang harus juga pindah. Dan keempatnya adalah pindah kota dan pulau…eehmmm, beratkan rasanya, ada banyak kenangan yang harus saya tinggal untuk setiap episode rumah tinggal saya. Tapi intinya dari setiap pindahan yang saya alami, saya bisa mengambil hikmahnya dari semua ini…dan waktu serta niatan yang tulus…biarkan mengalir seperti arus air yang dapat mengatasi perasaan sedih dan kehilangan itu. Memang tidak mudah untuk meninggalkan tempat yang sudah begitu dekat dengan hati kita, ada banyak kenangan yang harus kita lepaskan, tapi saya ada beberapa keyakinan yang membikin saya jadi ringan …dan saya sangat mempercayainya itu. Sahabat…saya yakin bahwa segala sesuatu itu tak ada yang kebetulan belaka, ada Tuhan YME yang selalu mengatur rapi rencana dari hidup kita sebagai umatnya. Saya selalu mengambil hikmah dari sisi positifnya setiap saat saya dan seluruh keluarga harus boyongan pindah…kami selalu solid bersama, berjuang bersama dan selalu dapat mendampingi perjuangan suami tercinta. Yang jelas kami dan putra-putri kami selalu bisa bersama, melihat setiap tahap episode perkembangan dari dua putra kami…ini sangat berarti dan saya syukuri sekali. Agar lebih ringan lagi, saya mempercayai pepatah…Home is where The Hearts is, saya selalu berusaha membikin “rumah” baru, tak tergantung dari lokasinya ataupun wujud nyata rumah itu, karena kenyamanan dan kebahagian tinggal ada di dalam hati kita sendiri…dan harus kita sendiri yang menciptakannya, intinya ada seseorang yang sudah memiliki tempat tinggal tapi serasa belum mempunyai “rumah” di hatinya. Ada nasehat bijak juga dari Ibunda saya yang juga saya yakini…Dimanapun Bumi di Pijak…itu semua adalah Bumi Milik Tuhan YME, tak usah takut dengan setiap rencana yang telah rapi disusun oleh Allah, kita adalah manusia yang cuma “pengembara” yang tak punya apa-apa dari lahir , semua milik Allah SWT dan kita kembalipun kepadaNYA nanti juga tak akan membawa satupun benda kesayangan kita…. Saya bahkan masih ingat betapa kecewanya pada setiap barang-barang yang ada di rumah kami, yang menemani kami, yang saya kumpulkan dan beli satu persatu…ada kenangannya, ada riwayatnya harus kami lelang….kami jual…!!!di setiap kepindahan kami. Berat dan sedih…itu manusiawi sekali, dan sekali lagi, ini kembali pada waktu dan biarkan mengalir . Satu lagi yang bisa saya ungkapkan dari pengalaman pindahan ini…ada banyak sekali anugerah yang saya dapatkan. Kami memiliki kaya pengalaman baru karena lingkungan kami yang baru dan silaturahmi kami lebih luas…lebih banyak sahabat dan saudara…sebuah Anugerah yang patut saya syukuri. Semoga yang simpel dan sederhana ini bermanfaat…terutama untuk teman yang mengalami situasi yang seperti ini.
»»  READMORE...
Read More..

HIDUP YANG BERHASIL ADALAH RENCANA TUHAN

  "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2

Tak seorang pun dari kita ingin menjadi orang gagal dan terpuruk, melainkan menjadi orang berhasil dan sukses dalam segala hal.  Mungkinkah?  Sangat mungkin!  Karena hidup yang berhasil dan diberkati adalah rancangan Tuhan bagi anak-anakNya.  Memang untuk berhasil tidak semudah membalikkan telapk tangan.  Terkadang kita harus menghadapi banyak sekali ujian, tantangan dan harga yang harus dibayar.  Banyak contoh tokoh besar dalam Alkitab yang sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati harus mengalami proses demi proses lebih dahulu.

     Ayub adalah seorang yang berhasil.  Sebagai orang yang berhasil bukan berarti Ayub tidak pernah gagal dalam hidupnya.  Ayub pun harus mengalami kegagalan demi kegagalan, penderitaan dan keterpurukan.  Namun Ayub tidak pernah menyerah dan putus asa di tengah jalan.  Ia tetap bangkit dan mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.  Ayub tetap bersyukur kepada Tuhan.  Di tengah keterpurukannya Ayub masih bisa berkata,  "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!"  (Ayub 1:21) dan "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10b).

     Gagal bukan akhir segalanya.  Tetaplah mengucap syukur seperti Ayub, karena kegagalan bukan rencana Tuhan walau terkadang Tuhan ijinkan kegagalan itu terjadi supaya kita belajar tidak sombong, dan belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  Kegagalan mengingatkan kita untuk introspeksi diri, mungkin selama ini kita mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita.  Kadang kita diijinkan gagal supaya kita tidak sombong dan mengajar kita untuk berharap dan bergantung kepada Tuhan dalam segala hal.

Di tengah proses yang ada Ayub tidak keluar dari jalan Tuhan dan tetap melekat kepadaNya;  dan janji Tuhan itu ya dan amin, Tuhan memberkati Ayub  "...dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu."  Ayub 42:10
»»  READMORE...
Read More..

Nyanyian Rindu untuk sang Ayah

father_daughter 
Sore itu langit layuardi terlihat lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya. lukisan alam terpahat indah di ufuk senja yang merekahkemerah-merahan. Sungguh pencampuran gradasi yang sempurna. cermin kesempurnaan Sang Pencipta. Pukul 04.00  waktu Indonesia bagian Barat, aku tiba di rumah. Setelah meletakkan tas kerja kemudian mengganti baju, kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kulepas penat yang sedari tadi menggelayuti setiap sendi tubuh ini. kipas angin  yang kunyalakan, perlahan menguapkan tetes-tetes keringat yang menyumbul dari sela pori-pori.


Pukul 04.30, HP kecilku berdering pelan. Mengerang-ngerang di atas meja. Dengan malas, tanganku berusaha meraih benda kecil itu. Satu pesan SMS masuk di inbox. Dari saudara sepupu. Langsung saja ku buka pesan itu. deretan kata yang begitu mendamaikan hati sekaligus mengingatkan ku pada sosok luar biasa yang telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam hidup ini.

“Assalamu’alaikum, sin td mlm Q mimp ktmu Bpkmu, Beliau lg prg k Msjd dg wjah yg  snang m senyum.”
Subhanallah ini adalah yang ketiga kalinya sepupu mengabarkan perjumpaannya dengan bapak saat ke masjid. Dalam hati ku mengucap sejuta syukur atas berita baik ini. semoga ini adalah cara Allah mengabarkan kepada kami bahwa Bapak sudah jauh lebih bahagia di alam sana. Amin

SMS tersebut kembali mengingatkan ku pada sosok laki-laki bijak yang dengan sabar dan ikhlas mendidik kami. Menjadikan kami manusia yang mulia di hadapan Robb kami. Menanamkan nilai-nilai agama semenjak kami masih kecil. Membenarkan cara kami mengeja A Ba Ta. Mengajarkan kami gerakan-gerakan sholat. Saling menghargai sesama dan hidup sederhana. Sesederhana kata yang beribu kali kami ucapkan untuk memanggilnya, Bapak.  Secuil kebersamaan yang begitu indah untuk dikenang.

Ingatanku dengan mudah menjangkau secuil peristiwa yang terjadi beberapa bulan silam. Saat raga begitu lelah untuk mengikuti arus kehidupan, saat  jiwa terasa begitu hampa. Sejuta masalah seakan tak jua beranjak pergi dari kehidupan. Sepertinya aku tengah galau. Ah, betapa aku tidak menyukai kata rapuh ini. aku merindukan masa-masa kedekatanku denganNya. Saat aku dapat memadu kasih denganNya disepertiga malam meski  kantuk masih sering menyergap. Aku merindukannya. Sosok  bijaksana, guru sekaligus teman untuk berbagi. Banyak masalah keluarga, pendidikan dan urusan umat sering menjadi bahan diskusi kecil. Aku merindukan saat-saat itu. saat sawah dan ladang menjadi tempat yang nyaman untuk bertukar pikiran.  Bercerita tentang kegiatan sekolah,Masjid, TPQ dan Remaja. Beliau adalah sosok yang demokrat. Menghargai pendapat anak-anaknya. Thanks Dad for everything you have given to us. I’ll keep it all in my deep heart.

Maka malam itu, setelah sholat isya, kupanjatkan do’a kecil. “Ya Robb, izinkan hamba berjumpa dengannya, meski hanya dalam mimpi. Aku sungguh merindukannya. Aku butuh nasihat bijaknya. Aku masih membutuhkan bimbingannya. Kabulkan do’a hamba ya Robb. Amin”
Saat malam merangkak pelan, dan sunyi seolah mendendangkan lagu perdamaian, kulabuhkan raga dalam gelap yang semakin pekat hingga akupun terlelap.  Dan subhanallah, dalam lelap itu sosok yang tengah kurindukan itu datang menghampiri. Beliau memeluk tubuh kecil ini, seolah hendak membisikkan kalimat singkat yang mendamaikan, ‘semua akan baik-baik saja anakku’
Dedicated to my beloved father. You’re my power to stand on. Thanks for being my super Dad.
»»  READMORE...
Read More..

Materi melimpah belum tentu menjamin kebahagiaan

Satu kesaksian menarik kami sajikan kepada pembaca tentang BAGAIMANA MENYIKAPI KRISIS EKONOMI seperti yang dialami oleh mantan orang terkaya Rusia, GERMAN STERLIGOV yang dikisahkan dalam harian JAWA POS ,Selasa,6 Januari 2009.
Benarlah apa yang tertulis dalam Alkitab :

-Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. (Amsal 15: 16.)
-Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan,sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu. (Lukas 12: 15.)
Selamat membaca semoga menjadi berkat dalam menghadapi masa yang sukar ini.

Gelimang harta dan nama besar tak mampu mengantarkan German Sterligov menjangkau kebahagiaan. Pria 42 tahun yang pernah menjadi salah satu orang superkaya di Rusia itu kini malah hidup di pinggir hutan bersama keluarganya.

“Saya sekarang jauh dari krisis financial global seperti melanda para superkaya lain,” ujar Sterligov pada Daily Mail. Dia mengaku tak sepeser pun uangnya raib ditelan bumi.

Mantan penantang Vladimir Putin untuk berebut Kremlin I itu lantas bercerita tentang kabar temannya yang teler akibat diterpa krisis. Salah satunya bos klub sepak bola Inggris Chelsea, Roman Abramovich, yang dikabarkan rugi besar GBP 3 miliar. Kolega miliarder Rusia lain, Oleg Deripaska diperkirakan rugi sekitar GBP 10 miliar. Sementara itu orang kaya lain , Alisher usmanov, salah seorang petinggi klub sepak bola Inggris, Arsenal disebut-sebut kehilangan duit sebesar GBP 7,6 miliar.

Sterligov tak pusing akibat krisis berkat keputusan ekstrim yang diambilnya empat tahun lalu, yang sempat membuat dia dituding gila oleh teman-temannya. Kala itu, Sterligov dan isterinya, Alyona Sterligova, 41, menjual mansion tingkat empat dengan 20 kamar di Rublyovka, Moskow. Dia juga melego sebuah penthaouse mewah yang menghadap langsung ke patung Liberty di New York, berikut dua kantor di London dan pustnya di Moskow. Juga, melelang semua properti kekayaan, saham-saham dan surat berharga lainnya.

Lego besar-besaran tersebut dilakukannya untuk membayar hutang yang menumpuk akibat dia kalah saat mengadu nasib ikut pencalonan presiden melawan Putin.

Uang yang tersisa dibawanya untuk berkelana di pinggiran hutan. Beserta seluruh keluarganya, Sterligov memulai hidup baru ala kadarnya, bertani dan beternak. Disinilah dia menghayati ulang makna filosofi: materi berlimpah belum tentu menjamin kebahagiaan.

Di pinggir hutan, sekitar 100 km arah barat laut Moskow, lelaki yang kini berusia 42 tahun itu mendirikan rumah sederhana ala petani abad 19 seperti yang tertuang dalam novel Leo Tolstoy. Novel yang berkisah seputar kehidupan pada masa Tsar Nicholas berkuasa.

Tinggal di sebuah rumah kayu, tanpa listrik, televisi, telepon, AC dan internet. Mereka pindah ketika Alyona sedang hamil besar. Sepuluh hari kemudian, anak kelima mereka, Mikhei, lahir. Sterligov ikut membantu persalinan isterinya.

“Siapa saya sekarang? Saya hanya petani biasa. Peternak ayam dan kalkun. Sekarang Putin tak perlu was-was lagi dengan saya,” katanya.

Untuk menyambung hidup, dia memelihara aneka hewan ternak, mulai ayam, angsa, kalkun, kambing, domba dan sapi. Disamping menanam sayuran, memerah susu sapi dan membuat kerajinan kayu. Sebuah kerajinan berupa bangku kayu dijual seharga GBP 120 (sekitar Rp. 1,9 juta) per buah. “Biasanya terjual dua bangku per minggu, lumayan untuk beli makanan, pakaian dan membayar guru les anak-anak.” katanya.

Meski tinggal di pinggir hutan, Sterligov tak lupa memberi pendidikan untuk anak-anaknya. Tapi tidak di sekolah. Sekolah-sekolah, kata dia, hanya mengajarkan anak-anak korupsi. Dia memilih mendatangkan guru privat ke rumah. Mengajarkan bahasa Rusia, Matematika dan Sejarah. Putri sulungnya, Pelageya yang kini berusia 18 tahun, kuliah di Moscow University jurusan sejarah.

Kehidupan itu berbalik 180 derajat dengan masa lalu Sterligov. Betapa tidak, dia termasuk satu dari sedikit superkaya di Rusia. Ketika masih sangat muda, 24 tahun, dia sudah mampu meraih segala yang diimpikan manusia. Harta melimpah dan nama besar.

Sterligov muda sukses bermain di pasar modal. Masa itu, dia telah berkantor di dua negara, satu di Battery Park dekat Wall Street, New York, dan lainnya di Curzon Street, London. Mempekerjakan sedikitnya 2.500 karyawan.

Sebagai konglomerat dengan harta menggunung, segala fasilitas kemewahan ada dalam genggamannya. Mansion, limousine mengkilat, jet pribadi, bahkan kapal pesiar.
»»  READMORE...
Read More..