Cerita si Boru Batakk :D
Diposting oleh
Unknown
on Senin, 25 Februari 2013
Label:
Cerita Boru Batak
“Hei, Batak….” Aku sering mendengar panggilan seperti itu dari orang-orang non Batak yang berteman dengan seseorang yang berasal dari suku Batak.., Kalau aku pribadi tidak akan sakit hati karena bagiku itu hal yang biasa.. Dan merupakan panggilan yang bermakna ingin mengakrabkan diri. Kembali ke masa-masa sekolah dan kuliah dulu, ada beberapa hal yang cukup menggelikan, menyebalkan dan membuat sedih tentang “Batak” yang mengalir dalam diriku..
Sewaktu SMP aku pernah hampir ribut dengan seorang kernet mobil angkutan anak sekolah yang biasa disebut mopen.. Pagi itu, seperti biasa aku naik dari pintu belakang dan duduk paling pinggir..Alasannya, supaya bisa sambil merasakan “hembusan lembut” angin di wajahku.. Namun pagi itu keasyikanku terganggu oleh celoteh kernet yang tidak mau diam.. Akhirnya karena kesal aku pelototi aja..
Bukannya diam, si Kernet bertanya samaku “Boru Jawa atau Padang, dek ??”
Lalu aku pun menjawab “Tidak kedua-duanya..Tapi asli boru Batak”
Kernet : “Ahh, ga usah bohonglah dek.. dari wajahmu aja udah kelihatan kali pun kau ni orang Padang.. Tenanglah, ga kuganggu pun kau..biasa itu, orang ngaku Batak supaya ga diganggu..”
Aku udah mulai kesal melihat tingkahnya yang sok tahu dan mulai mengolik-olok aku. Dengan terpaksa kukeluarkan jurus Borjun, “Ai aha do nimmu ito ?? Ahu boru Simanjuntak Sitombuk Tuan Guntar No. 16 sian Lintong Ni Huta Tampahan, omakku Boru Hutabarat Partali No. 17 sian Aek Situmandi Hutabarat Tarutung.. Molo so porsea dope ito, beta hita martarombo..”
Si kernet hanya bisa bengong dan kalau bisa jujur wajahnya saat itu adalah wajah “tarhatongtong” paling memprihatinkan yang pernah kulihat..heheheheh….
Setelah aku kuliah, seperti kebiasaan Halak Hita, aku pun merantau ke pulau jawa ini. Tepatnya di Bogor. Tetapi di justru di pulau Jawa ini bahasa Batakku makin terlatih. Hal ini dikarenakan adanya kerinduan dengan teman sesama perantau dari Tano Batak, sehingga kalau jumpa lebih senang pakai bahasa daerah.. Tapi kenyataan yang ada, banyak Halak Hita malu dengan bahasa Batak dan bahkan kalo ketahuan punya marga.. Sampai suatu ketika ada seorang kawan menarikku ke toilet hanya untuk bilang, “Far, please dong.. kita udah di Bogor. Jadi jangan kencang-kencang bahasa bataknya, kalo bisa ga usah dipakai karena ga banyak yang tahu gw orang Batak. Ga perlu deh lu tanya gw boru apa.. Malu dong.. Lagian lu mau, ga diterima anak-anak dan dijadikan bahan ledekan ?“
Kalau ga ingat pesan mamaku untuk tidak jadi “jagoan pidato dadakan” udah ku kasih pelajaraan kilat dia tentang Kebanggaanku jadi seorang boru Batak.. Dengan kesal aku pun menjawaab “Maaf ya, walaupun saya ga diterima di pergaulan karena orang tahu saya orang Batak, saya ga peduli. Dan lagi yang kencang itu orang lari, kalau suara kata guru bahasa Indonesia Keras..Satu hal lagi, mereka bukan anak-anak apalagi anakku tetapi sekelompok orang yang seharusnya sudah dewasa..” kawanku itu hanya bisa terdiam mendengar jawabanku yang menurutnya rada aneh… tapi aku ga peduli..
Seiring berjalannya waktu aku pun mulai bergaul dengan banyak orang dan pernah bekerja 2 tahun lebih di Kuala Lumpur. Sewaktu di KL aku mulai berkenalaan dengan beberapa teman baru dan bertemu dengan kawan lama dari Batak News… (Terima kasih banyak buat bang Jarar Siahaan yang sudah membuat blog itu meski udah tutup..). Uniknya, hampir seluruh kawan di blog ini (istilah yang sering kami pakai Lapo dan markombur) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, punya pekerjaan bagus, tinggal di kota besar dan mancanegara tapi tetap ingat jati dirinya dan bangga sebagai orang Batak. Semakin banyak yang kupelajari dari pertemanan di blog ini..Dan yang pasti selalu ada saja kombur dalam bahasa Batak..
Setelah pulang ke Indonesia dan kembali ke tanah kelahiranku Balige, aku malah jadi fasih berbahasa Batak di rumah maupun dalam pergaulan sehari-hari dan makin kerajinan martarombo dengan orang yang baru kukenal. Entah mengapa ada daya tarik dan keasyikan tersendiri yang kurasakan saat martarombo. Makin bisa kupahami keunikan sistem kekeluargaan/silsilah orang Batak yang bisa membuat “pangkat” seseorang di atas atau di bawah..
Tetapi seiring dengan itu, mulai lagi ada bisikan-bisikan yang membuatku gerah. Misalnya seperti seorang kawan yang kuliah dan bekerja di Medan, “Heran banget deh lihat Farida, jauh-jauh kuliah di Bogor dan kerja sampai ke Luar Negeri tapi gaya tetap sederhana kayak dulu, bahasa Bataknya makin kental.. apa lu ga malu Far ? Jangan percuma dong you udah merantau.” Kawan ini mengatakan hal itu dengan gaya bahasa meniru orang-orang di ibu kota.
Aku balik tanya, “mengapa saya harus malu ? apa salah kalau saya mencintai budaya sendiri ? Dan kalau udah dari Jawa dan luar negeri apakan saya harus berpenampilan sexy kayak orang di kota dan luar, yang ada mamaku yang siap memberiku “kuliah gratisan” 7 hari 7 malam. Mau bilang “You, Lu, Gw,sih deh dong” bisa bingung orang tua dan dianggap kurang sopan.
Lalu yang paling terakhir, ketika ada seseorang melalui inbox facebook bertanya “Ito, kenapa blognya pakai nama Sitombuk 16 ? artinya apa ?
Saya : “Sitombuk 16 adalah silsilah atau no “urut” saya dalam silsilah Simanjuntak.”
Orang tersebut bertanya lagi : “Isshh, batak kali pun ito ini.. Ga sesuai dengan tampang ito yang kayak boru sileban.. Bikin nama blog yang keren dong ito, supaya ga ketahuan dari kampung dan mencerminkan seorang cewek modern.”
Bah… ada-ada aja orang ini..
Melihat kenyataan ini aku merasa sedih karena tanpa kusadari banyak orang di sekitarku yaang merasa “terganggu” dengan rasa banggaku sebagai Boru Batak.. Menjadi orang Batak bukanlah suatu kesalahan tetapi sebuah kekayaan yang kita harus syukuri sebagai perbedaan yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Aku malah jadi salut dengan sahabat-sahabatku sewaktu kuliah yang nota bene bukan orang Batak, sampai sekarang mereka masih setia memanggilku dengan sebutan “Namboru”. Sebutan untuk saudara perempuan bapak di orang Batak yang mereka dengar sewaktu kami belajar Ilmu hukum adat di fakultas Hukum. Aku khawatir mereka malah lupa nama asliku…hahahahahaha…
Aku ga akan pernah mau mundur dari rasa bangga dan penghormatanku terhadap suku bangsaku sendiri.. orang luar negeri aja banyak yaang tertarik belajar tentang Habatahon. Dan aku akan selalu bangga mengatakaan, “Yup.. aku boru Batak dan bangga dengan jati diriku. Mari kita martarombo.”
0 komentar:
Posting Komentar